Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Maksimalkan Desain UI/UX dengan Figma: Perjalanan dan Tips dari Seorang Mahasiswa IT

 


Halo teman-teman! Nama saya Rizki, mahasiswa semester 4 jurusan Teknologi Informasi di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, dan saya juga aktif sebagai Admin HMJ Divisi Pendidikan dan Penalaran di program kerja SINTECH. Kali ini, saya mau berbagi cerita dan pengalaman seputar penggunaan Figma untuk mendesain UI/UX yang menarik dan profesional. Mungkin sebagian dari kalian sudah tahu Figma sebagai alat desain yang sangat powerful, tapi bagi saya, Figma bukan sekadar software—ia adalah “senjata rahasia” yang mengubah cara saya memandang desain dan pengembangan antarmuka.

Saya ingat pertama kali mencoba Figma itu seperti terjun ke dunia yang penuh warna dan kemungkinan tak terbatas. Di awal-awal, saya merasa agak kewalahan karena banyaknya fitur yang ditawarkan. Mulai dari auto layout, components & variants, hingga prototyping, semuanya terasa seperti tumpukan puzzle yang harus disusun dengan tepat. Namun, seiring waktu dan dengan bantuan rekan-rekan di SINTECH, saya mulai menemukan ritme dalam menggunakan Figma untuk membuat desain yang responsif dan interaktif. Di artikel ini, saya akan mengajak kalian menyelami perjalanan saya, berbagai kesalahan yang pernah saya buat, dan tips praktis yang saya pelajari sepanjang proses belajar.

Awal Mula Perkenalan dengan Figma

Ketika pertama kali saya mendengar tentang Figma, saya sempat skeptis. Di kampus, banyak rekan saya yang sudah terbiasa dengan software desain lain seperti Adobe XD atau Sketch. Namun, ketika seorang senior di HMJ menceritakan betapa mudah dan kolaboratifnya Figma, saya memutuskan untuk mencobanya. Saya mulai dengan mengikuti tutorial online dan mencoba membuat desain sederhana, seperti layout homepage blog atau tampilan aplikasi mobile.

Awal-awal itu, saya membuat kesalahan fatal. Saya terlalu bersemangat ingin mencoba semua fitur sekaligus, dan akhirnya saya malah bingung sendiri. Salah satu momen paling memorable adalah ketika saya mencoba fitur Auto Layout. Saya ingin membuat desain yang responsif tanpa harus repot mengatur tiap elemen secara manual. Tapi karena belum memahami cara kerja Auto Layout dengan benar, layout yang saya buat jadi berantakan. Saya sempat frustasi dan berpikir, "Apa mungkin desain yang simpel bisa jadi ribet seperti ini?" Namun, daripada menyerah, saya mencoba memecah masalah satu per satu dengan mendalami dokumentasi Figma dan bertanya ke teman-teman di komunitas SINTECH.

Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa dalam dunia desain, kesalahan adalah guru terbaik. Saya belajar untuk tidak takut bereksperimen dan menerima setiap kesalahan sebagai langkah menuju perbaikan. Ternyata, banyak sekali fitur di Figma yang bekerja lebih optimal jika digunakan dengan strategi yang tepat dan tidak asal klik.

Memahami Fitur-Fitur Utama Figma

Setelah melewati masa-masa frustrasi di awal, saya mulai memahami beberapa fitur utama Figma yang benar-benar mengubah cara kerja saya:

1. Auto Layout

Fitur Auto Layout adalah fitur yang paling saya sukai karena memungkinkan desain menjadi responsif tanpa perlu mengatur jarak antar elemen secara manual. Saya pernah mencoba membuat sebuah dashboard aplikasi yang kompleks, dan dengan Auto Layout, saya bisa dengan mudah mengatur agar semua elemen terlihat rapi dan serasi meski ukuran layar berubah-ubah. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa fleksibilitas adalah kunci dalam desain modern. Meski awalnya saya sering salah setting sehingga tampilan tidak sesuai harapan, dengan latihan dan eksplorasi, saya akhirnya bisa memanfaatkan fitur ini dengan optimal.

2. Components & Variants

Bicara soal efisiensi, fitur Components & Variants adalah penyelamat saya di kala deadline proyek semakin mendekat. Saya pernah mendapat tugas mendesain serangkaian tampilan aplikasi yang memerlukan konsistensi visual di setiap layar. Dengan membuat satu komponen dasar—misalnya, tombol dengan gaya tertentu—saya bisa membuat varian-varian tombol untuk berbagai keperluan, seperti tombol aktif, non-aktif, atau dengan ikon. Ini sangat membantu karena saya tidak perlu mendesain ulang setiap elemen dari awal. Terkadang saya bahkan merasa geli karena betapa sederhananya hidup ketika sudah menguasai konsep reusable elements ini.

3. Prototyping

Figma memungkinkan kita untuk membuat prototipe interaktif dengan mudah. Fitur ini sangat berguna untuk menguji interaksi desain sebelum masuk ke tahap coding. Saya pernah membuat prototipe aplikasi mobile untuk tugas proyek kuliah, dan setelah itu mengundang teman-teman untuk memberikan feedback. Ada beberapa momen di mana feedback mereka mengungkapkan bug interaksi atau animasi yang terasa tidak natural. Dengan begitu, saya bisa melakukan iterasi dan memperbaiki desain sebelum benar-benar diimplementasikan. Pengalaman ini memberikan saya pelajaran berharga tentang pentingnya uji coba dalam desain—bahkan ide yang tampak cemerlang di kertas bisa memiliki kekurangan ketika dihadapkan pada pengguna nyata.

4. Styles (Color, Text, Grid)

Konsistensi adalah elemen penting dalam desain. Figma menawarkan fitur Styles yang memungkinkan kita untuk menyimpan dan menerapkan warna, tipografi, dan grid secara konsisten di seluruh desain. Saya pernah mengalami masalah saat mendesain sebuah aplikasi dengan tema gelap, di mana kombinasi warna yang saya pilih malah membuat beberapa elemen sulit dibaca. Dengan memanfaatkan fitur Styles, saya bisa dengan cepat mengubah palet warna dan memastikan setiap elemen tetap harmonis. Sebenarnya, meskipun awalnya saya merasa repot mengatur semua ini, ternyata investasi waktu untuk membuat style guide internal sangat menghemat waktu di kemudian hari.

Tantangan dan Pelajaran dari Pengalaman Pribadi

Saya tidak akan bohong, perjalanan belajar Figma penuh dengan tantangan yang kadang bikin frustrasi. Salah satu tantangan terbesar adalah mengelola waktu antara tugas kuliah dan eksplorasi desain. Di tengah kesibukan mengerjakan tugas akhir dan persiapan ujian, saya sempat merasa kurang fokus saat mendalami fitur-fitur baru di Figma. Ada saatnya saya harus mengorbankan waktu pribadi hanya untuk mencoba memecahkan masalah desain yang muncul entah dari mana. Namun, saya percaya bahwa setiap rintangan adalah peluang untuk belajar dan berkembang.

Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika saya bekerja sama dalam sebuah proyek tim. Kami ditugaskan mendesain ulang antarmuka sebuah aplikasi kampus. Pada awalnya, ide-ide kami sangat beragam dan tidak terstruktur. Saya yang biasa lebih cepat mengambil inisiatif, mencoba membuat layout dasar di Figma dan mengatur Auto Layout dengan sebaik mungkin. Namun, karena terburu-buru, saya membuat beberapa komponen yang tidak terlalu fleksibel. Akibatnya, ketika ada perubahan mendadak dari klien—yang dalam kasus ini adalah dosen pembimbing—kami harus mengulang sebagian besar desain. Dari situ saya belajar betapa pentingnya perencanaan awal dan komunikasi yang baik di tim.

Meski sempat kecewa, pengalaman itu membuat saya semakin teliti dalam merencanakan setiap proyek. Saya mulai menerapkan teknik "design sprint" sederhana, yaitu mengadakan pertemuan singkat dengan tim untuk brainstorming dan menyepakati alur desain sebelum mulai bekerja di Figma. Dengan begitu, kami bisa menghindari kesalahan yang sama di proyek berikutnya. Saya juga belajar untuk selalu mencatat setiap feedback dan melakukan iterasi secara berkala. Memang, terkadang ide awal tidak selalu berhasil, tapi dengan evaluasi yang jujur, setiap kekurangan bisa diubah menjadi kelebihan.

Tips Praktis Mengoptimalkan Figma dalam Desain UI/UX

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya ingin membagikan beberapa tips praktis yang bisa membantu kalian memaksimalkan Figma dalam proses desain UI/UX:

  1. Mulai dengan Wireframe Sederhana
    Sebelum langsung menyelam ke detail visual, saya selalu mulai dengan membuat wireframe kasar. Ini membantu memvisualisasikan struktur dasar aplikasi atau website tanpa terlalu terpaku pada detail estetika. Dengan begitu, alur pengguna (user flow) menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk melakukan perubahan dengan mudah jika ada ide baru yang muncul.

  2. Eksperimen dengan Auto Layout
    Jangan takut untuk bereksperimen dengan fitur Auto Layout! Awalnya, saya juga sering salah konfigurasi, tapi setelah beberapa kali mencoba, saya menemukan cara terbaik untuk membuat desain yang responsif. Cobalah bermain-main dengan pengaturan padding, spacing, dan alignment. Semakin sering dicoba, semakin paham pula bagaimana Auto Layout dapat membantu menyusun elemen secara dinamis.

  3. Manfaatkan Components & Variants
    Buatlah komponen dasar yang bisa digunakan kembali. Misalnya, buat satu set tombol atau form input yang bisa dipakai di berbagai halaman. Hal ini tidak hanya menghemat waktu, tapi juga menjaga konsistensi desain. Saya sendiri pernah merasa sangat terbantu ketika harus mengupdate desain secara massal karena semua elemen sudah dibuat dalam bentuk komponen.

  4. Uji Prototipe Secara Berkala
    Figma memungkinkan kita untuk membuat prototipe interaktif dengan mudah. Manfaatkan fitur ini untuk mendapatkan feedback dari teman atau rekan kerja. Saya selalu mengadakan sesi uji coba di kantor atau bahkan di kantin kampus, dan masukan yang saya terima sering kali membuka mata tentang kekurangan desain yang sebelumnya tidak saya sadari.

  5. Gunakan Styles untuk Konsistensi
    Jangan sepelekan pentingnya konsistensi warna, tipografi, dan grid dalam desain. Buatlah style guide internal di Figma, sehingga setiap elemen yang kalian buat bisa mengikuti pedoman yang sama. Ini sangat membantu, terutama saat kalian harus bekerja sama dengan tim yang lebih besar. Saya pernah mengalami situasi di mana beberapa anggota tim menggunakan warna atau font yang berbeda-beda, sehingga tampilan keseluruhan terasa tidak harmonis. Setelah kami menerapkan style guide, hasil desain pun jauh lebih rapi dan profesional.

  6. Belajar dari Kesalahan
    Seperti yang pernah saya alami, kesalahan adalah guru terbaik. Jangan takut untuk mencoba hal baru, meskipun awalnya hasilnya belum maksimal. Catat setiap kesalahan yang terjadi dan cari tahu solusinya. Pengalaman itu akan membuat kamu lebih siap menghadapi tantangan di proyek berikutnya. Saya sendiri sering kali menyimpan catatan kecil di buku tulis atau aplikasi catatan digital untuk mengingat poin-poin penting yang pernah saya pelajari.

  7. Terus Update dengan Fitur Terbaru
    Figma terus berkembang dengan fitur-fitur baru yang dirilis secara berkala. Pastikan kamu selalu update dengan berita dan tutorial terbaru. Saya biasanya mengikuti akun-akun resmi Figma di media sosial atau bergabung dalam komunitas online untuk mendapatkan informasi seputar update fitur. Hal ini membantu saya untuk tetap relevan dan mengintegrasikan teknologi terbaru dalam desain.

  8. Bergabung dengan Komunitas Desain
    Salah satu pengalaman terbaik saya adalah bergabung dengan komunitas desainer, terutama di lingkungan SINTECH dan forum online. Di sana, saya bisa berbagi ide, mendapatkan feedback, dan belajar dari pengalaman orang lain. Kadang, solusi dari permasalahan yang kamu hadapi ternyata sudah pernah dipecahkan oleh teman-teman di komunitas. Hal ini tidak hanya mempercepat proses belajar, tapi juga membuat kamu merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan dunia desain.

Pengalaman Pribadi: Dari Kesalahan ke Keberhasilan

Ada satu proyek yang sangat berkesan dalam perjalanan saya menggunakan Figma. Proyek itu adalah mendesain ulang website kampus untuk sebuah acara besar di universitas. Saya dan tim saya diberi waktu yang sangat terbatas, hanya beberapa hari, untuk menghasilkan desain yang siap dipresentasikan ke dosen pembimbing. Di situ, saya merasa tekanan yang luar biasa, karena selain harus memenuhi deadline, saya juga ingin menunjukkan kemampuan terbaik saya.

Pada awalnya, saya membuat desain dengan semangat tinggi, tapi karena terlalu banyak elemen dan informasi, tampilan website menjadi terlalu padat. Saya sempat bingung karena layout yang saya buat terasa "berat" dan tidak ramah pengguna. Ternyata, dalam kondisi panik, saya malah lupa menerapkan prinsip-prinsip dasar UI/UX yang pernah saya pelajari. Setelah mendapatkan masukan kritis dari salah satu teman di tim, saya pun melakukan pendekatan ulang.

Saya mulai dari nol, dengan membuat wireframe sederhana dan menyusun ulang struktur informasi. Kali ini, saya lebih fokus pada kejelasan navigasi dan konsistensi visual. Saya menggunakan fitur Auto Layout untuk menyusun konten utama, dan fitur Components untuk membuat elemen-elemen yang bisa dipakai ulang, seperti tombol navigasi dan kartu informasi. Hasilnya? Website yang jauh lebih bersih, responsif, dan mudah dipahami oleh pengguna. Proyek itu menjadi titik balik bagi saya—saya belajar bahwa dalam dunia desain, kesederhanaan sering kali lebih efektif daripada menumpuk informasi secara berlebihan.

Kesalahan itu mengajarkan saya satu hal penting: tidak apa-apa untuk mengulang dari awal jika hasilnya belum maksimal. Yang terpenting adalah belajar dari setiap langkah yang diambil. Saya pun sering mengingat momen itu setiap kali merasa frustrasi dengan hasil desain saya yang kurang memuaskan. Setiap revisi, setiap perbaikan, adalah bagian dari proses belajar yang tak ternilai harganya.

Mengintegrasikan Figma dalam Alur Kerja Sehari-hari

Sebagai mahasiswa dan juga anggota aktif di SINTECH, saya harus pintar-pintar mengatur waktu. Banyak sekali tugas dan deadline yang harus dipenuhi, sehingga efisiensi dalam bekerja menjadi kunci utama. Di sinilah Figma berperan penting. Dengan menggunakan Figma, saya bisa melakukan kolaborasi secara real time dengan teman-teman tim, membuat prototipe dengan cepat, dan memperbaiki desain berdasarkan feedback secara langsung.

Saya pernah bekerja pada proyek desain untuk sebuah event kampus. Waktu sangat terbatas dan setiap detik sangat berharga. Dengan menggunakan fitur prototyping di Figma, saya bisa membuat simulasi interaksi yang nyata dalam waktu singkat. Kami mengadakan sesi review bersama di ruang meeting kampus, di mana setiap anggota tim memberikan masukan langsung melalui komentar di Figma. Teknik kolaborasi seperti ini sangat membantu dalam menyelesaikan proyek dengan cepat tanpa mengorbankan kualitas. Bahkan, beberapa kali saya merasa bahwa sistem kerja seperti ini adalah inovasi terbaik yang pernah saya temui selama kuliah.

Salah satu trik yang saya gunakan adalah dengan menyimpan setiap versi desain. Jadi, kalau misalnya ada kesalahan atau feedback negatif, saya bisa kembali ke versi sebelumnya tanpa harus mulai dari awal. Figma menyediakan fitur version history yang sangat berguna, dan ini menjadi penyelamat saat terjadi kesalahan fatal. Saya pun belajar untuk tidak terlalu takut melakukan eksperimen karena tahu bahwa setiap perubahan bisa di-revert kapan saja.

Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan

Buat saya, Figma bukan hanya sekadar alat untuk mendesain, tapi juga partner dalam menciptakan karya yang efektif dan efisien. Pengalaman menggunakan Figma telah mengajarkan banyak hal, mulai dari pentingnya perencanaan, fleksibilitas dalam desain, hingga nilai dari kerja sama tim. Walaupun awalnya saya sempat merasa kewalahan dan melakukan banyak kesalahan, semua itu justru menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik.

Ke depan, saya berharap bisa lebih mendalami fitur-fitur Figma yang belum saya kuasai, dan terus belajar dari setiap proyek yang saya kerjakan. Saya juga ingin berbagi ilmu dengan teman-teman di komunitas SINTECH dan di blog ini, agar semakin banyak orang yang terbantu dalam mengoptimalkan desain UI/UX mereka. Dunia desain itu sangat dinamis, dan saya yakin dengan semangat belajar dan kolaborasi, kita semua bisa menghasilkan karya yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga user-friendly.

Saya mengajak kalian semua untuk terus bereksperimen, berbagi pengalaman, dan tidak takut membuat kesalahan. Karena seperti yang saya alami, setiap kesalahan adalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan. Jadi, kalau kamu lagi merasa stuck atau bingung dengan desain, ingatlah bahwa setiap tantangan pasti ada solusinya—cukup dengan niat, kreativitas, dan kerja keras.

Terima kasih sudah membaca cerita dan pengalaman saya seputar Figma. Semoga tips dan trik yang saya bagikan bisa membantu kalian dalam mengembangkan desain yang lebih efektif dan profesional. Jangan ragu untuk bertanya atau berbagi pengalaman di kolom komentar, karena saya percaya bahwa setiap diskusi akan membawa kita ke level yang lebih tinggi dalam dunia desain.

Buat teman-teman yang penasaran atau ingin mendalami lebih jauh, saya sarankan untuk terus mengikuti akun-akun komunitas desain dan update fitur terbaru dari Figma. Jangan lupa untuk eksplorasi, belajar dari setiap feedback, dan yang terpenting, nikmati prosesnya. Desain itu bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang kreativitas dan bagaimana kita menyampaikan pesan melalui tampilan visual.

Pesan Penutup

Di era digital saat ini, kemampuan menguasai alat desain seperti Figma sudah menjadi salah satu keunggulan kompetitif. Apalagi untuk kita yang berkecimpung di dunia IT dan desain, kemampuan untuk membuat antarmuka yang user-friendly dan menarik merupakan investasi untuk masa depan. Saya pribadi merasa bahwa setiap kali berhasil menyelesaikan proyek desain, ada rasa kepuasan yang tidak tergantikan. Meski terkadang saya masih merasa ragu dengan keputusan desain yang saya ambil, pengalaman tersebut justru mendorong saya untuk terus belajar dan mencari solusi kreatif.

Jadi, untuk kalian yang baru mulai menggunakan Figma atau yang sudah berpengalaman tapi ingin mengeksplorasi lebih jauh, jangan pernah berhenti bereksperimen. Ingat, tidak ada desain yang sempurna di awal, tapi dengan terus mencoba dan belajar, kualitas kerja kita akan terus meningkat. Saya pernah merasa frustasi ketika harus menyusun layout yang kompleks, namun setiap kali berhasil mengatasi tantangan tersebut, saya merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi proyek selanjutnya.

Akhir kata, terima kasih sudah menemani saya dalam berbagi cerita seputar pengalaman dan tips menggunakan Figma. Semoga apa yang saya bagikan bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kalian semua, terutama bagi para mahasiswa dan content creator yang ingin meningkatkan kualitas desain UI/UX mereka. Jangan lupa untuk terus belajar, berbagi, dan yang terpenting, nikmati setiap prosesnya—karena di balik setiap kesulitan, selalu ada pelajaran berharga yang menanti.

Sampai di sini dulu cerita saya. Semoga perjalanan kalian dalam dunia desain penuh dengan kreativitas dan inovasi. Selamat berkarya, dan jangan lupa untuk selalu mengutamakan pengalaman pengguna dalam setiap karya desain kalian. Sampai jumpa di artikel berikutnya, teman-teman!

Dengan berbagai pengalaman, kesalahan, dan pembelajaran yang saya alami, saya semakin yakin bahwa alat seperti Figma dapat menjadi jembatan antara ide kreatif dan hasil desain yang memukau. Bagi saya, perjalanan ini masih panjang, dan saya terus bersemangat untuk mengeksplorasi fitur-fitur baru yang ditawarkan Figma. Saya berharap, dengan berbagi cerita ini, kalian juga bisa mendapatkan insight yang bermanfaat dan semangat untuk terus berkarya.

Jangan ragu untuk bergabung dengan komunitas desain, berbagi ide, dan saling memberi feedback. Karena saya percaya, dalam kolaborasi, kita bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dan lebih bermakna. Teruslah berinovasi dan jadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar. Saya pun masih terus belajar dan berusaha untuk mengoptimalkan setiap aspek desain yang saya kerjakan, dan semoga perjalanan saya bisa menginspirasi kalian untuk tidak pernah takut mencoba hal baru.

Sekali lagi, terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita saya. Sampai bertemu di artikel selanjutnya yang akan membahas topik-topik menarik lainnya seputar desain, teknologi, dan tips praktis yang bisa langsung kalian aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Selamat berkarya, dan semoga sukses selalu menyertai setiap langkah kalian dalam dunia desain dan teknologi!

Dengan begitu, itulah sedikit perjalanan dan pengalaman saya dalam memaksimalkan desain UI/UX menggunakan Figma. Semoga cerita ini bisa memberikan gambaran nyata tentang bagaimana sebuah alat desain modern bisa mengubah cara kita bekerja dan berkreasi. Jangan lupa, setiap kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran—jadi teruslah mencoba, berinovasi, dan jangan pernah takut untuk memperbaiki diri.

Selamat mencoba dan semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian semua, terutama bagi teman-teman mahasiswa, desainer pemula, atau siapa pun yang ingin meningkatkan skill desainnya. Sampai jumpa, dan tetap semangat berkarya!

UI/UX
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar